Yak 2, 14-24.26
Apa gunanya, Saudara-saudaraku, jika orang berkata bahwa ia memiliki iman padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Bisakah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari kalian berkata,"Pergilah dalam damai, pakailah baju hangat dan makanlah sampai kenyang" tetapi ia tidak memberikan kepada orang itu apa yang dia perlukan bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga iman: jika iman tidak disertai perbuatan, iman itu pada hakikatnya mati.
Mrk 8, 34 - 9,1
Setiap orang yang mau ikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Kata-kata
Imam Ja'far ini dapat merangkum poin bacaan pertama: klaim bahwa orang
memiliki iman dibenarkan jika klaim itu sinkron dengan perbuatannya
kepada sesama. Persoalannya, sinkronisasi iman dan perbuatan tidak
sesederhana sinkronisasi dari kamera ke komputer atau dari flash drive ke laptop, misalnya. Sinkronisasi seperti ini secara teknis tidak memiliki kesulitan yang canggih, cukup melakukan beberapa klik sehingga data pada peranti tablet
sama persis dengan data yang ada pada komputer atau server yang kita
gunakan. Demikian halnya, untuk membuat sinkron data sistem komputer
atau antivirus, hanya dibutuhkan koneksi internet dan beberapa klik
sehingga kita bisa memastikan bahwa sistem kita benar-benar up to date.
Sinkronisasi
iman-perbuatan rupanya menuntut suatu askese, penyangkalan diri, karena
dalam diri manusia ada hukum-hukum yang bisa saling bertentangan.
Misalnya, seseorang sesungguhnya ingin sekali pergi ke gereja untuk
menyusun suatu liturgi yang hidup bersama anggota tim lainnya, tetapi
pada saat yang sama ia tertarik untuk menonton pertandingan tim
Indonesia melawan Malaysia yang tidak disiarkan secara ulang. Contoh
lain, di satu sisi orang ingin dekat dengan kaum miskin, akan tetapi di
lain sisi ia menikmati kemewahan fasilitasnya sendiri. Orang tidak bisa
keluar dari zona nyamannya.
Di situlah letak relevansi sabda Kristus: tidak bisa orang mengikuti Kristus tetapi mempertahankan kelekatan-kelekatannya,
bahkan kelekatan pada ajaran agama atau paham tentang Allahnya
sekalipun. Setiap saat umat beriman dipanggil untuk membuat sinkronisasi
seluruh hidupnya dengan sebuah azas dan dasar yang terbuka untuk
seluruh umat manusia. Di sini dia mesti terbuka untuk menanggalkan
paham-pahamnya yang sesat, yang seringkali jauh lebih sulit daripada
melepaskan barang-barang duniawi. Tanya kenapa....
No comments:
Post a Comment