Senin Masa Biasa VIa/II
Yak 1, 1-11
Seperti Santo Paulus mengalami konsolasi
dalam segala penderitaannya (2Kor 7,4), Surat Yakobus juga menyodorkan
anjuran justru untuk bergembira jika masuk dalam cobaan. Mengapa? "Sebab
kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan...supaya kamu menjadi sempurna dan utuh..."
Mrk 8, 11-13
Untuk mencobai Yesus, orang Farisi meminta satu tanda. Mendengar itu
Yesus menghela nafas dalam-dalam dan menyatakan bahwa kepada generasi
itu tidak akan diberi suatu tanda.
Tanda
, ID card misalnya, memang penting untuk mengidentifikasi sesuatu.
Dapat dimaklumi bahwa orang Farisi meminta tanda dari Yesus
(jangan-jangan Yesus cuma orang gila seperti yang lain-lainnya). Mengapa
Yesus malah menghela nafas panjang ketika dimintai tanda dan mengatakan
bahwa tidak akan diberikan tanda kepada generasi ini? Bukankah dengan
memberi tanda yang diminta orang Farisi itu ia bisa meyakinkan mereka
bahwa dialah Mesias itu? Beri saja toh, apa susahnya?
Justru di situlah persoalannya. Basic attitude orang
Farisi tidak memungkinkan mereka untuk menangkap tanda dari surga.
Mereka hanya mau tanda yang cocok dengan pikiran mereka mengenai mesias.
Yesus adalah tanda dari surga yang hidup, yang mengundang orang untuk
bertobat. Farisi identik dengan kedangkalan, kemunafikan, legalisme:
mereka lebih memilih proyek kesucian narsisistik daripada proyek pertobatan Mesias.
Di hadapan godaan dan cobaan, orang memang disodori pilihan: mengejar kesucian diri sendiri atau bertekun dengan gembira dalam on going conversion.
No comments:
Post a Comment